Obsesi Jeruji Besi
Lihat aku —di balik besi berkarat,
tempat mimpi jadi bangkai, busuk dan melarat.
Setiap malam aku kawin dengan dendam,
memeluk sepi yang menjerit tanpa salam.
Obsesi ini bukan cinta suci,
ini racun yang kuteguk sampai tulang berduri.
Namamu kusebut sambil meludahi bulan,
karena kau, dan bayangmu, sialan, tak pernah hilang.
Kau pikir aku mati di sini?
Tidak —aku mengakar, tumbuh jadi duri.
Setiap garis di tembok ini kutulis dengan ludah dan darah,
karena tinta sudah basi, dan aku butuh marah.
Aku menggigit waktu,
menelanjangi sunyi yang pura-pura bisu.
Obsesi ini tidak manis, tidak romantis,
ia liar, ia liar —ia ingin membunuh, habis.
Besi ini tak tahan panas pikiranku,
jeruji ini hanya perhiasan untuk api yang kupeluk tiap malam.
Kau pikir aku menyesal?
Bangsat. Aku hanya menunggu saat yang tepat.
Keluar? Mungkin.
Tapi kau akan lebih dulu masuk,
ke neraka yang kutanam dalam nama dan wujudmu.
Dan di sana, aku yang jadi Tuhan.
~ Hotel K, Juni '25
No Comments Yet...